Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih Dijahit Oleh

Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih Dijahit Oleh

Dijahit Langsung oleh Fatmawati

bendera merah putih/Foto: pexels.com/Irgi Nur Fadil

Seperti yang disinggung sebelumnya, Fatmawati yang notabene istri Soekarno adalah sosok yang menjahit bendera merah putih setelah kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu.

Saat itu, presiden RI pertama tersebut memerintahkan Chaerul Basri untuk mengambil kain di gudang dan mengantarkannya ke Jalan Pegangsaan Nomor 56, Jakarta. Kain tersebut merupakan kain katun halus dengan warna merah dan putih dengan panjang 3 meter dan lebar 2 meter.

Begitu mendapatkan kain tersebut, Fatmawati langsung menjahitnya. Kemudian, kain yang sudah berubah menjadi bendera Indonesia tersebut dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di acara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Foto: pexels.com/Irgi Nur Fadil

Sejarah Fatmawati Saat Menjahit Bendera Merah Putih

Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, setelah Indonesia diperkenankan merdeka oleh Jepang, terdapat penyelenggaran sidang tidak resmi pada tanggal 12 September 1944 yang dipimpin Ir. Soekarno.

Hal yang dibahas pada sidang tersebut adalah pengaturan pemakaian bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia. Hasil dari sidang ini adalah pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Setelah hasil rapat ditentukan, panitia bendera kebangsaan merah putih memilih warna merah dan warna putih sebagai simbol. Merah berarti berani dan putih berarti suci. Kedua warna ini sampai saat ini menjadi jati diri bangsa.

Atas permintaan Soekarno kepada Shimizu, kepala barisan propaganda Jepang(Sendenbu), Chaerul Basri diperintahkan mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air.

Kemudian bendera Merah Putih dijahit oleh Ibu Fatmawati dari kain tersebut. Bendera Merah Putih yang dijahit Fatmawati terbuat dari bahan katun Jepang berukuran 276 x 200 cm.

Bendera tersebut dikibarkan pertama kali pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta oleh Latief Hendraningrat dan Suhud.

Pada tahun 1946-1968, bendera tersebut dikibarkan hanya pada saat 17 Agustus saja. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak berkibar lagi karena sobek, tapi disimpan di Istana Merdeka.

Sesudah tahun 1969, bendera merah putih duplikat dikibarkan tiap 17 Agustus. Bendera duplikat terbuat dari sutera.

Saksikan juga: Resign dari Pramugari, Demi Total Merawat ODGJ

[Gambas:Video 20detik]

Bendera Negara Indonesia adalah bendera merah putih. Menurut aturan perundang-undangan, Bendera Negara ini disebut dengan Sang Merah Putih. Ini berbeda dengan Sang Saka Merah Putih atau istilah untuk Bendera Pusaka.

Lantas apa apakah berbeda antara Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih dengan Bendera Negara Sang Merah Putih?

Untuk memahami lebih lanjut, mari simak penjelasannya menurut Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, berikut ini:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Pasal 5 UU Nomor 24 Tahun 2009, disebutkan bahwa Bendera Pusaka adalah Sang Saka Merah Putih. Yang dimaksud Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih adalah Bendera Negara yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

"Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta."

Saat ini, Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang asli disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta. Sementara yang kini digunakan untuk upacara bendera peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus di Istana Kepresidenan merupakan duplikat dari Bendera Pusaka yang asli.

Mengutip dari laman resmi Kemensetneg, Bendera Pusaka inilah yang dijahit dengan mesin jahit tangan oleh Ibu Fatmawati. Namun karena kerapuhan bendera tersebut, sejak tahun 1969, bendera yang dikibarkan untuk peringatan Proklamasi Kemerdekaan dan hari-hari besar nasional lain merupakan versi duplikatnya.

Sejauh ini, Bendera Pusaka sudah tiga kali diduplikasi. Pertama kalinya adalah pada tahun 1969 atas permohonan Husein Mutahar dan digunakan sampai tahun 1984. Kedua kalinya dilakukan pada tahun 1985 dan digunakan sampai tahun 2014. Ketiga kalinya adalah pada tahun 2015 dan yang digunakan hingga kini.

Dalam Pasal 1 Ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2009, disebutkan bahwa Bendera Negara adalah Sang Merah Putih. "Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara adalah Sang Merah Putih."

Yang dimaksud dengan Sang Merah Putih adalah istilah resmi untuk menyebutkan Bendera Negara Indonesia alias bendera merah putih. Berbeda dengan penyebutan yang dikhususkan untuk Bendera Pusaka yakni Sang Saka Merah Putih, alias Bendera Negara yang pertama digunakan.

Bendera Pusaka Merah Putih yang asli diketahui dijahit oleh Fatmawati yang merupakan istri dari Ir. Soekarno. Bendera tersebut awalnya akan digunakan untuk Proklamasi Kemerdekaan RI pada 1945.

Menyadur dari Kemdikbud.go.id, penjahitan ini awalnya yakni atas permintaan Soekarno kepada Shimizu yang merupakan Kepala Barisan Propaganda Jepang atau Sendenbu, Chaerul Basri yang diperintahkan untuk mengambil sebuah kain di gudang yang terletak di Jalan Pintu Air dan diantarkan ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Kemudian, kain tersebut dijahit oleh Fatmawati.

Namun, masih banyak yang mempertanyakan di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati. Bendera tersebut kini berada di Jakarta Pusat di tempat Cagar Budaya. Bendera tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Nomor: 003/M/2015 tanggal 9 Januari 2015 dengan nama cagar budaya Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih.

Bendera tersebut dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 di Jalan Proklamasi yang dulunya disebut Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta oleh Latief Hendraningrat dan Suhud. Saat perpindahan pemerintahan ke Yogyakarta, keberadaan di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati itu juga dibawa oleh Soekarno dengan koper.

Baca Juga: Sejarah Paskibraka: Ada Sejak Era Soekarno, Dicetuskan Tahun 70-an, Diresmikan Kemenpora

Ketika Belanda menduduki Yogyakarta, Soekarno menitipkan bendera tersebut ke ajudan bernama Husein Mutahar. Husein pun mengungsi dengan membawa tas berisi di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati berada. Untuk mengamankannya, Husein melepaskan benang jahitan bendera sehingga kain merah dan putihnya terpisah dan dibawa dalam dua tas yang terpisah.

Pada 1949, Soekarno menanyakan di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati dan Husein pun menjahit dan menyatukan kembali bendera itu mengikuti lubang jahitannya. Bendera disamarkan dengan bungkusan kertas koran dan diserahkan kepada Soejono untuk diserahkan ke Soekarno. Kemudian pada 17 Agustus 1948, bendera tersebut dikibarkan di Gedung Agung.

Pada 28 Desember 1949, satu hari pascapenandatanganan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda di Den Haag, Soekarno menyimpann bendera itu di peti berukir dan dterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta dengan Garuda Indonesia Airways.

Sejak disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, bendera itu ditetapkan sebagai bendera pusaka yang dikibarkan setiap tahun pada 17 Agustus.

Namun pada 1967, bendera tersebut rapuh dan Bendera Pusaka akhirnya dikibarkan terakhir pada 1968 dan diganti dengan dupilkatnya. Kini di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati berada yaknii di Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka.

Baca Juga: HUT RI Malah Pasang Bendera Inggris, Emak-Emak Salting: Pikirku Merah Putih Juga

Kontributor : Annisa Fianni Sisma

Jakarta (ANTARA) - Bendera Pusaka Merah Putih pertama kali dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Melansir dari laman Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sejarah Bendera Pusaka Merah Putih berawal pada 7 September 1944 ketika Jepang berjanji memberikan kesempatan kepada pejuang untuk memproklamasikan kemerdekan.

Pada tanggal 12 September 1944, Chuuoo Sangi In (badan yang membantu pemerintah pendudukan Jepang, yang terdiri dari orang Jepang dan Indonesia) menindaklanjuti izin tersebut dengan mengadakan sidang tidak resmi, dipimpin oleh Ir. Soekarno.

Sidang itu menghasilkan kesepakatan pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Soekarno kemudian memerintahkan Chaerul Basri dari golongan muda mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air pemberian Pimpinan Barisan Propaganda Jepang (Sendenbu) Hitoshi Shimizu. Kain berbahan katun halus asal Jepang (setara dengan jenis primissima untuk batik tulis halus) berwarna merah dan putih.

Kain tersebut dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno, dengan mesin jahit tangan menjadi sebuah bendera Pusaka Merah Putih usai dia dan keluarganya kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu. Bendera merah putih dengan panjang 300 centimeter dan lebar 200 centimeter.

Panitia bendera kebangsaan merah putih menggunakan warna merah dan warna putih sebagai simbol. Merah berarti berani dan putih berarti suci.

Selain itu, melansir laman Kementerian Sekretariat Negara RI, berdasarkan catatan sejarah warna merah dan putih terinspirasi dari warna panji atau pataka bendera Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

Bendera Pusaka Merah Putih dikibarkan pertama kali di rumah Presiden Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta, setelah Presiden Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Jumat, 17 Agustus 1945.

Bendera dikibarkan pada tiang bambu oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang dipimpin Kapten Latief Hendraningrat. Saat Bendera Pusaka Merah Putih dinaikkan, lagu Indonesia Raya pun dinyanyikan secara bersama-sama.

Dipisahkan menjadi dua bagian

Tanggal 4 Januari 1946 juga menjadi catatan sejarah Bendera Pusaka Merah Putih. Ketika presiden, wakil presiden, dan para menteri pindah ke Yogyakarta, Bendera Pusaka turut dibawa dan dikibarkan di Gedung Agung.

Ketika Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, Bendera Pusaka sempat diselamatkan oleh Presiden Soekarno dan dipercayakan kepada ajudan Presiden yang bernama Husein Mutahar.

Husein Mutahar membawa serta bendera tersebut ketika mengungsi. Agar tidak disita Belanda, dia melepaskan benang jahitan dan warna merah dan putih pun terpisah.

Husein Mutahar lalu membawa Bendera Pusaka dalam dua tas terpisah.

Pertengahan Juni 1949 ketika berada dalam pengasingan di Bangka, Presiden Soekarno meminta kembali bendera pusaka kepada Husein Mutahar, yang menjahit kembali Bendera Pusaka.

Bendera dibungkus dengan kertas koran lalu diberikan kepada Soejono supaya dikirimkan kepada Presiden Soekarno di Bangka. Presiden dan Bendera Pusaka tiba di ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta pada 6 Juli 1949.

Pada tanggal 28 Desember 1949, sehari setelah penandatanganan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda di Den Haag, Bendera Pusaka disimpan di dalam sebuah peti berukir dan diterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia menetapkan bendera itu sebagai Bendera Pusaka, yang dikibarkan setiap upacara Hari Kemerdekaan di Istana Merdeka.

Seiring waktu berjalan, Bendera Pusaka menjadi rapuh sehingga perlu dibuat duplikat. Bendera Pusaka terakhir dikibarkan saat upacara di Istana Merdeka pada 17 Agustus 1968.

Atas permintaan Husein Mutahar, Bendera Pusaka dibuat duplikat, yang dilakukan oleh Tim Pembuat Duplikat Bendera Pusaka di Jakarta. Duplikat pertama dikibarkan hingga 1984.

Duplikat Bendera Pusaka kedua digunakan pada upacara 17 Agustus mulai 1985 hingga 2014. Pada 2015, bendera yang dikibarkan saat upacara di Istana Merdeka adalah duplikat yang ketiga.

Bendera Pusaka Merah-Putih kini disimpan dengan aman dalam vitrin berbentuk trapesium di Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka.

Pewarta: Sri Dewi LarasatiEditor: Natisha Andarningtyas Copyright © ANTARA 2024

Semua negara di dunia memiliki bendera yang bertindak sebagai simbol negara. Namun lebih dari itu, sebuah bendera juga merepresentasikan kedaulatan suatu bangsa. Oleh karenanya, bendera tidak boleh digunakan secara sembarangan.

Setiap negara memiliki warna benderanya masing-masing. Misalnya, Indonesia yang benderanya identik dengan warna merah di bagian atas dan putih di bagian bawah dengan ukuran yang sama. Bendera Merah Putih pertama kali dijahit oleh Fatmawati, lho Beauties.

Tidak sampai di situ saja, bendera yang selalu dikibarkan saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ini juga menyimpan banyak sejarah menarik. Bagaimana sejarah bendera Indonesia ini? Baca ulasan berikut seperti yang dilansir dari CNN Indonesia berikut ini, ya Beauties!

Tahun Terakhir Bendera Merah Putih Asli Dikibarkan

Sang merah putih/Foto: pexels.com/el jusuf

17 Agustus 1968 menjadi tahun terakhir bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati dikibarkan. Hal ini dikarenakan kondisinya yang sudah sangat rapuh dan warnanya pun memudar.

Sejak saat itu, Indonesia selalu menggunakan duplikasi bendera merah putih setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Bendera merah putih yang asli disimpan di vitrin yang terbuat dari kaca anti peluru di ruang Bendera Pusaka di Istana Merdeka.

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

Bendera Dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta

sejarah merah putih/Foto: pexels.com/Irgi Nur Fadil

Setelah berhasil mengibarkan bendera merah putih pada 17 Agustus 1945, bendera Indonesia ini dibawa presiden, wakil presiden, dan para menteri ke Yogyakarta tahun 1946 karena pada saat itu, Jakarta sedang tidak aman.

Sayangnya tahun 1948, Yogyakarta berhasil ditaklukkan Belanda yang kembali ingin menguasai Indonesia. Alhasil, Presiden Soekarno harus menitipkan bendera tersebut kepada ajudan terpercayanya, Husein Mutahar.

Warna Merah dan Putih yang Sengaja Dipisahkan

bendera merah putih/Foto: pexels.com/just baf

Dengan alasan keamanan, Husein Mutahar membagi bendera Indonesia tersebut menjadi dua, yaitu warna merah dan putih, lalu di masukkan ke dalam dua tas yang berbeda.

Ketika Presiden Soekarno kembali dari pengasingan di Bangka Belitung, bendera tersebut disatukan kembali. Setelah itu, bendera dibawa ke Yogyakarta dan dikibarkan di Gedung Agung pada 17 Agustus 1949.

Foto: pexels.com/just baf

Mengenal Fatmawati Sebelum Menjahit Bendera Merah Putih

Dilansir dari buku "Sejarah" oleh Prof. Dr. Habib Mustopo dan kawan-kawan, tertulis Fatmawati merupakan perempuan yang dilahirkan di Pasar Padang, Bengkulu pada 15 Januari 1923.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fatmawati menempuh pendidikan di HIS dan sekolah kejuruan. Istri presiden Soekarno ini aktif berorganisasi sejak masih duduk di bangku HIS sebagai pengurus Nasyiatul Aisyiah.

Pada tahun 1938, Fatmawati berkenalan dengan Soekarno. Saat itu, Soekarno menjadi pengajar di Muhammadiyah dan Fatmawati adalah salah satu muridnya. Pada tahun 1943, Soekarno menikahi Fatmawati.

Sejak tahun 1943, Fatmawati tinggal di Jakarta mendampingi Soekarno. Kemudian saat persiapan proklamasi kemerdekaan akan dilangsungkan, Fatmawati membuat bendera Merah Putih dari kain katun Jepang. Bendera tersebut yang kemudian dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk Bendera Pusaka, bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah kain wool dari London) yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia (karena terkenal dengan keawetannya) yang berukuran 274 x 196 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 x 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar 15 x 47 cm. Lalu ada lubang-lubang kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.

Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya "menyaksikan" dari dalam kotak penyimpanannya.

Bendera Merah Putih yang berkibar saat proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 memiliki sejarah di baliknya. Sebelum proklamasi terdapat tokoh yang menjahit bendera Merah Putih dari kain. Siapa yang dimaksud?

Tokoh yang menjahit bendera Merah Putih adalah Ibu Fatmawati yang merupakan istri dari presiden Soekarno. Fatmawati berperan menjahit bendera Merah Putih guna membantu persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.